Yes, 7 hari lagi bakalan pulkam, dah di approve jadi aman deh, hehe… btw kalo ramadhan gini, di mall mall besar disini suka ngerombak mall nya jadi suasana lebaran sayang nya saat puasa puasa gini males datang ke mall mall, selain bikin bangkrut waktunya juga sempit banget, tapi kali ini ada yang seru dan menggiurkan di KL, baru baru ini di berjaya town square akan diadain tarian kebudayaan mau tau tarianya apa ?
- Tari Piring
- Gamelan
- Tari Kuda Kepang
- Joget Lambak
- Tari Zapin
- dll
Hehehe, ngga ada tari Pendet ya ? ya iyalah, sebagian itu tari tarian dari Indonesia seperti tari piring ada juga dari Padang, waktu dulu aku pernah juga liat cewe cewe bandung di Mall Mid Valley nari Jaipongan, nah aku ngga tau juga yah kalo ini tari piring, gamelan dan kuda kepang itu orang nya impor dari Indonesia.
Kalo semua orang ngomong klaim klaiman dan ribut ribut antara Malaysia dan Indonesia, Sebenarnya aku ngga peduli peduli banget sih malah jadi sedih sendiri ngeliat orang cara Indonesia meladeni ungkapan orang orang iseng di Malaysia, intinya sih I am enjoying Indonesian Heritage, mau di klaim kek mau ngga kek, I surely know this is from Indonesia, mau ditarikan ama orang Malaysia kek atau mau dibawakan ama orang Indonesia kek, yang jelas aku tau orisinalitas tarian tersebut berasal dari Indonesia, dan bukan itu aja, harus tau juga nilai historis nya.
Coba… Yang lain begitu ga ? Are you enjoying watching tari piring ? Kuda kepang ? Kalau iyah, ya berarti kalian wajar pantas dan berhak untuk marah, yang ga tau diri tuh kalau mereka taunya dari info, kalau Tarian Indonesia di klaim negara lain, sementara mereka sendiri ga tau, tari pendet itu gimana, nilai historisnya gimana ? lalu mereka marah marah, mengeluarkan kata kata kasar, semua bahasa kebun binatang keluar, dan memaki maki, menunjukan kalau budaya bangksa kita ini bangsa yang “brutal” bukan “intelektual”.
Kenapa aku menikmati tarian ?
Yah terang aja, karena waktu SD aku tinggal di hutan rimba, Kerinci namanya, disitu hiburan sabtu minggunya ya Kuda Kepang, atau Tari tarian Kerinci seperti Niti Naik Mahligai, Rentak Kudo, dan lainya, aku juga tau beberapa lagu daerah Kerinci, ya jelas, karena aku besarnya disono, walaupun aku sebenarnya orang Sunda.
Jadi, kalau mau komplain dan merasa memiliki Indonesian Heritage,
DO ASK YOUR SELF FIRST!!!
HOW MUCH U REALLY CARE WITH YOUR OWN CULTURE ????
Dan aku setuju banget dengan ungkapan bapak RUDOLF DETHU dari Bali (CMIIW), mau tau yang mana?? langsung aja baca disini dah…
Lagi, Indonesia kelojotan gara-gara urusan klaim budaya (baca: tari Pendet). Berlanjut, kegerahan Rakyat Nusantara terhadap Malaysia akibat isu serupa sebelumnya, serobot menyerobot kultur (Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange & batik). Spontan saja orang-orang di negeri ini berbondong-bondong menunjukkan rasa “nasionalisme”nya lewat, salah satunya, jejaring virtual. Facebook & Twitter langsung riuh berisikan sumpah serapah “Ganyang Malaysia”, “Serbu Malingsia”, “Boikot Produk Malay-shit”, hingga “Pendet is ours! Noordin M Top is yours!”-tentu saja, yang paling seru dan “terorganisir” dalam urusan memaki negeri jiran adalah kontingen IndonesiaUnite
Duh, tipikal NKRI banget. Begitu ada bom, wih, langsung kelojotan nangkepin rakyat jelata, beli lusinan metal detector, masang CCTV di banyak penjuru, memata-matai aktivitas dakwah. Cuman ya gitu, mendidih sebentar udah gitu dingin lagi. Bom lagi, mendidih sebentar, lalu dingin lagi. Bom lagi, mendidih sebentar, lalu dingin lagi. Begitu terus. Giliran tari Pendet diakui sebagai punya Malaysia, mendadak masyarakat-diikuti kemudian pemerintah (biasa, kayak mesin diesel, panasnya lambat)-bersatukitateguhberceraikitaruntuh berteriak memaki-maki Malaysia. Yang lucu sih pemerintah, utamanya Departemen di bawah komando Jero Wacik, sibuk bikin pernyataan macam: “Pemerintah sudah berkali-kali melayangkan surat protes terkait klaim budaya itu. Mulai lagu Rasa Sayange & Reog Ponorogo. Menteri Kebudayaan Malaysia menanggapi secara serius. Bahkan sengketa budaya ini dibahas dalam sidang kabinet Malaysia. Menteri Pariwisata Malaysia kemudian diperingatkan untuk tidak menggunakan budaya Indonesia untuk komersial, tanpa izin…”
Yeah. Right. Padahal perkara yang kayak gini kan bukannya hal baru. Dulu udah pernah kejadian. Batik diklaim, bergejolak sejenak, adem lagi. Reog diklaim, bergejolak sejenak, adem lagi. Rasa Sayange diklaim, bergejolak sejenak, adem lagi. Again. And again. And again. Heran, ngapain aja sih-ngapain aja seeeeeeh-itu Depbudpar? Seharusnya kan begitu ada kejadian Malaysia mengklaim punya kita, pemerintah segera bertindak cepat. Inventarisasi budaya “asli” apa yang kita miliki, langsung urus ke institusi yang ngurusin HAKI (Bapak & Ibu di Depbudpar, HAKI itu adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual, mind you), patenkan saat itu juga, jebret. Beres. Ini kok malah reaktif mulu. Giliran ada kejadian baru gerak. Gerak yang serampangan, tepatnya. Sama sekali tidak tuntas menyelesaikan persoalan. Lagian, khususnya dalam konteks tari Pendet, emang pernah bener-bener gitu pemerintah memberi seitil perhatian kepada seniman/seniwati tari Pendet (atau seniman tari pada umumnya)? Coba tanya para penari yang saban malam tampil di hotel-hotel berbintang di Nusa Dua, Bali. Korek keterangan, berapa sih duit yang mereka peroleh per sekali nari, apa sudah sesuai dengan Upah Minimum Regional? Cari tau juga bentuk kepedulian seperti apa yang telah para penari itu dapatkan. Maksud saya, saya tidak bermaksud melulu memojokkan aparat, saya hanya melihat tidak sesuainya tingkat kelojotan yang ditunjukkan dengan bentuk kepedulian yang telah diberikan.
On the other hand, saya amat bisa maklum ketika para budayawan Bali bertindak cepat, berkumpul mencari solusi apa yang bisa dilakukan dalam merespons isu tari Pendet ini. Tapi yang bikin miris adalah para orang awam, justru memberi reaksi yang bak mau ngajak perang. Anjing. Bangsat. Bedebah. Begitu jenis responsnya. Seolah-olah dengan mengungkapkan kemarahan kolosal macem begitu adalah refleksi dari nasionalisme. Ini mah sama saja seperti FPI: sambil memprovokasi “Bakar warung ini!’, dibarengi dengan “Allahu Akbar!” Ente pada, seperti juga FPI, mungkin merasa sedang mengamalkan kebajikan. Padahal bukan. Ki sanak, ini era millenium. Bakar, bunuh, cincang, ganyang, itu jaman Soekarno. Itu masa perang. Sekarang-ini tahun 2009, sudah 64 tahun Indonesia merdeka, sudah ribuan tahun beranjak dari kurun Kanibalisme dan Conan the Barbarian-yang dikedepankan adalah akal sehat, logika terang, pendekatannya adalah jalur hukum, juga humanisme. Sebab jika anda pikir menunjukkan rasa kebangsaan itu lewat “kebersamaan melakukan kekerasan”, well, anda sebaiknya hubungi Habieb Rizieq, daftarkan diri sebagai mujahid lalu berperanglah ke Afghanistan (jangan lupa minta dibekali senjata kebanggaan Indonesia: bambu runcing, serta bekal silat dari Si Buta Dari Gua Hantu-yang konon sekarang telah merapat ke PKS, hiks).
Sudahlah, tak usah terlalu salto-koprol-kayang seberingas itu. Jika memang kecewa dengan manuver si Melayu kawan kita itu, tempuhlah cara yang elegan (lemme ask ya, first and foremost, do you really care about Pendet? Or Batik? Or Reog?). Jangan muntahin kalimat tinja sembarangan. Justru nanti akan kontraproduktif. Apalagi pakai acara nyebut negara tetangga kita adalah biang teroris. Di negara yang anda cintai ini-I’m talkin’ to ya, IndonesiaUnite-sorry to say, terorisnya JAUH lebih banyak. Memang, mungkin iya-well, nobody really knows, actually-, Noor Din M Top, adalah biang keroknya teroris. Tapi, sekali lagi, di negara ini, jumlah teroris jauh (baca: JA-UH) lebih banyak. Kader-kader Noor Din di negara ini berlimpah jumlahnya, ultra bejibun, holopis kuntul baris (please, don’t take it as a compliment). Coba, buka lebar kacamata kuda anda, yang bodoh itu siapa, Noor Din atau kitanya? Yang tolol itu kita. Yang bego itu kita. Kok mau aja dikadalin ama Noor Din? Penduduk NKRI yang IndonesiaUnite banggakan ini jumlahnya ratusan juta kok bisa dikibulin ama Noor Din yang cuman sebiji doang???
Bersikeras tetep mau maju perang? Silakan. Kontak langsung AURI, minta dukungan pesawat Hercules mereka. Atau SMS Pak Habibie, tanyain apa kapal capung Made In IPTN yang mangkrak di kandang ayam itu bisa dipinjem atau kagak. Kudu diinget pula, sebelum berangkat berjuang membela tumpah darah, selenggarakan istighosah skala gigantik dulu, minta selamat pada Yang Khalik, semoga selamet tiba di Malaysia, gak nyungsep duluan di perairan sekitar Krakatau (baca: ribuan Kilometer dari Malaysia).
Kawan Indonesiaku yang baik & berhati bersih, mari selalu berkepala dingin. Jika ingin berbuat sesuatu untuk negara ini, sekali lagi, dan lagi, dan lagi, mari tingkatkan kualitas pendidikan. Mari belajar yang rajin. Perbanyak membaca buku. Tunjukkan nasionalisme dengan turut membangun negara ini lewat pembangunan sekolah, mendorong kesejahteraan para guru, melipatgandakan perpustakaan dan taman bacaan, dan berbagai aktivitas yang memprioritaskan mutu pendidikan. Ganyang kebodohan!
**_Demi Indonesia Baru Yang Cerdas,
RUDOLF DETHU
Komponen Rakyat Bali_**
Iklan Visit Indonesia di Malaysia kok ga ada ?
Ngga sengaja ternyata kalau aku perhatikan, di kereta LRT di BIS BIS besar, di Stasiun, ternyata ada iklan VISIT SINGAPORE, ada iklan juga VISIT AMAZING THAILAND, trus ada juga VISIT INDIA, wow, semua negara berlomba memasang iklan dan mempromosikan dan memperkenalkan kebudayaanya di Malaysia, mereka kayaknya ngga takut tuh kebudayaan mereka di klaim, atau gimana, padahal mereka 1 kebudayaan juga (negara tetangga, ras Asia Melayu, China dan India), ya mungkin koreksi juga buat Indonesia, kalo suatu saat nanti orang Kenal Tarian Indonesia itu dari Malaysia, trus kalau itu terjadi nantinya, yang salah siapa ??? mau nyalahin orang lagi ???
Dah daripada puasa gontok2 an ngamuk ngamuk ga jelas, mari kita saling memaafkan dan mempromosikan kebudayaan negara kita sendiri, sikap iseng beberapa warga Malaysia setidaknya telah mencambuk kita untuk lebih melestarikan kebudayaan kita dan menjaga nya agar tidak hilang.
Kalau mau lihat di Indonesia, misalnya pentas lagu Idol, tarianya tari barat semua tuh, bridge dance, ngga pernah ada yang ngeluarin tarian Indonesia yang di modifikasi kek atau gimana kek, kan katanya KREATIP ? trus acara acara Indonesia sudah penuh dengan Gossip2 dan SINETRON, lantas ada waktu ga untuk kita supaya tetap MELEK dengan Kebudayaan kita ?, apalagi bagi orang orang yang tinggal di Kota Besar, mungkin mereka tahu tari tarian dari orang tua, dari berita, atau dari buku dan lainya, pernah ga baca buku RPUL ? dan mengetahui nama nama tari dari Nusantara ? kayaknya juga bisa di Itung jari, yah segitu dah ngukur lah seberapa besar kita cinta akan kebudayaan bangsa kita sendiri.
So…. Kalo ada waktu ntar aku mau liat tarian di mall dulu ahhh, nanti di kampung mungkin nemu juga kali yak ?? kekekeke oh ya, kalo ada yang mau kopdar, jgn lupa call call yah…. huhuhuhuhuhuhu
13-30 Sept I will be in Indonesia.. YEAH!!!!