Paradigma tentang data plan
Moving to IOS
Singkat kata I’m moving to IOS setelah 3 apa 4 tahun yah berkutat dengan BB. Mantan pacarku udah pakai IOS sejak generasi 3GS, sedangkan aku mulai pakai BB Gemini kalo ga salah and yes Both of us not compatible :). Setelah sekian lama menggunakan BB, berikut ini suka dukanya pakai BB dan kenapa sekarang aku pindah ke IOS, loh kok bukan Android ? (nanti dibahas juga)
What if…
Kita hidup diantara peralihan teknologi yang semakin cepat, sehingga kita hidup diantara pilihan pilihan teknologi. Kadang tidak semua teknologi itu benar benar memberikan yang terbaik untuk kita, sadarkah kita untuk hal itu ? teknologi memang selalu membuat kita menjadi “enak” tapi kebanyakan malah ngga membuat kita jadi lebih baik ? setuju ?
Terlintas difikiranku, what if…. Coba deh tanya masing masing, what if… dan sambungkan dengan teknologi kesayangan kita tiba tiba ngga ada ? yeah, aku sih percaya aja, ga bakal terjadi apa apa, ato bahkan stress ? karna pada dasarnya manusia itu memiliki sifat natural makhluk hidup its “adapt”.
So, lets begin the game…
How to keep “in control”
Kalo pertanyaan ini muncul kepada kita, “have you control yourself ?”, maka dengan sombong nya kita pastinya menjawab, “so pasti” dong…. Padahal di sisi lain kita “nggak nyadar” apa yang kita lakukan itu salah, malah kita masih aja tetap sotoy dan belagu, ngerasa bener apa yang kita lakukan, ngerasa tau apa yang kita alami…. Saat ini boleh bilang, I can see clear what I will face in front and I am ready, tapi kalo pertanyaan itu muncul ke diri sendiri, “are u sure ??” aku yakin pasti diri itu masih ragu ragu untuk menjawabnya…..
Aku punya beberapa cara how to keep “in control” yang aku mau share ke pengunjung setia blog ini, hehehe.
Terminator I will terminate….
Siapa sih yang ngga tau film kenamaan ini ? semua orang pasti tau, yang aku kagum mengenai film Terminator adalah konsep ceritanya, film yang ide awalnya dibuat dari tahun 80 an ini terus ber evolusi menunjukan Ide ceritanya yang sarat akan teknologi dimana teknologi akan menjadi mimpi buruk bagi kaum manusia… Ide film ini mirip dengan film Matrix, yang mengisahkan kalau teknologi menguasai manusia, dan mengontrol manusia dan menguasai bumi ini tentunya.
Tenang aja, kali ini aku ngga akan posting spoiler, karena Terminator terbaru ini mulainya tanggal 28 besok di bioskop sini, biasanya aku sempetin waktu buat nonton dari yang ke 1 nya sampe yang terakhir rise of machine. Aku cuman mau nyeritain esensi dari teknologi dan ketika teknologi itu menjadi mimpi buruk manusia.
Yang lalu biarkan berlalu
Ngomongin masalalu, pastinya masalalu itu ada yang sedih ada yang menyenangkan, kalau yang sedih tentunya bikin kita jadi trauma, atau pun sikap kita selalu dibayang bayangi masalalu, dan pastinya juga, orang akan lebih mengingat masalalu yang pahit ketimbang masalalu yang menyenangkan……
Hmm ada sedikit pemikiran, bagaimana masalalu itu mau baik atau buruk, selalu mempengaruhi kehidupan kita, namun ada beberapa hal yang perlu kita takuti hidup dengan bayangan masalalu…
Being Happy
Ok, first of all, aku dapatkan ini semua dari menyimak acara di TV9 tentang “being happy”, jadi yang dikatakan bahagia itu apa sih ? dan konsep dari bahagia itu gimana ? sebenarnya ini topik menarik, langsung buru buru aku rekam pake hanphone yang ada software recordernya (ternyata hp ini sangat bermanfaat! huahaha) ok trus, silent please, aku suruh dia untuk diem sesaat dan menghentikan aktivitas apapun, mataku tertegun melihat profesor wanita pembicaranya, walaupun bahasanya bahasa melayu, tapi dia ngomong english, dan aku juga dah mayan ngerti ama bahasa melayu + english nya.
Dari situ bisa menyimpulkan, tentang bahagia dan bagaimana menjadi bahagia…..
Katanya:
Ciri ciri orang yang nggak bahagia itu ada 3 macem.
- Dia selalu komplain, komplain dengan apapun, mulai dari hal kecil, sampai hal besar, isinya komplain.
- Dia selalu blame, selalu menyalahkan orang lain, karena selalu merasa dirinya benar (karena keras kepala).
- Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri, ini kebalikanya point no 2. Selalu menyalahkan diri sendiri juga salah, jadi harus pinter pinter menemukan titik balance antara point 2 dan 3 ini,
Memilih untuk tidak enak
Bicara soal memilih untuk tidak enak, tentu saja siapa pun nggak mau kan, pastinya kita sebagai manusia “mau nya yang “enak””. Kalau pertanyaan itu hadir di dalam diri kita gimana ? “maukah kamu memilih untuk tidak enak ?” tampa harus bertanya tanya alasanya kenapa ? so pasti itu adalah pilihan yang berat.
Kemarin aku menemukan sesuatu, soal memilih untuk tidak enak ini, ketika kita memilih sesuatu yang tidak enak namun baik untuk kita, jadi waktu itu hari khamis kemarin, itu adalah pertemuan ke 2 aku bermain futsal dengan anak anak kantor ku, kita bermain futsal dari jam 7.30 malam sampai jam 9.00 malam, teman teman ku kali ini “ngga ada yang orang Indonesianya” itu yang membuat salah satu alasan “tidak enak“, menjadi stranger in the middle of the world, itu juga ngga enak (mungkin bagi sebagian orang), di cuekin, ngga ngerti percakapan mereka, kalo ngomong ngga nyambung, pastinya itu ngga enak banget, mending menjadi orang asing namun kita masih bisa asik asik ngobrol lah ya ngga ?.
Semua tentang pilihan
Mau cerita tentang ke “APES” an nya aku nih kemarin malam, malam itu gerimis minggu sore aku harus kerja sore karna di UK sudah menunjukan waktu pagi, mempersiapkan segala tektek bengek operation sebuah perusahaan besar tersebut di disana, akhir cerita aku pulang jam 11 malam, ya ini yang disebut dengan “evening shift” pulang jam 11 malam aku mengalami ke apesan besar.