MyRaffaell Blog

demo

Hati-hati, Kolaborasi Gula, Kacang & Cokelat


Oleh: dr. H.M. Hadat, Sp.A, di Jakarta

Bukan hanya armada taksi ibukota atau bangunan-bangunan tua yang kerap diremajakan. Tubuh kita pun selalu mengalami proses peremajaan. Molekul-molekul dan sel-sel lama senantiasa diganti dengan yang baru, melalui mekanisme keseimbangan yang saling bergantung dan saling mengisi dengan sempurna.

Jika tubuh dalam keadaan sehat walafiat, itu artinya kita sedang memiliki keseimbangan yang sempurna. Saat itu tubuh tidak perlu lagi diganggu dan diotak-atik dengan keinginan tambah sehat, karena niat itu justru bisa merusak keseimbangan yang sudah ada. Celakanya, banyak orang tak sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan ini.

Makan banyak, misalnya, masih dianggap sebagai aktivitas yang pasti menyehatkan. Padahal, makan – jika hanya berpatokan asal banyak – berpotensi melahirkan molekul yang tidak dapat didaur ulang. Molekul-molekul itu akan menjadi mirip sampah yang harus dibuang keluar dan tubuh. Jika proses peremajaan dan pembuangan ini terganggu, akan terjadi penimbunan “sampah” di dalam tubuh. Bisa ditebak, ujung-ujungnya mengarah pada penyakit.

Asam urat merupakan sampah yang terutama berasal dari daging, ikan, bayam, teh, kopi, dan cokelat. Penimbunan asam urat menyebabkan terjadinya kristal asam urat di jaringan sekitar sendi, sehingga menimbulkan rasa pegal, ngilu sampai nyeri di sendi-sendi dan sekitarnya. Penimbunan asam urat terjadi karena banyaknya makanan yang mengandung sampah, sementara kemampuan ginjal mengeluarkan asam urat berkurang setelah mencapai usia paruh baya

Fruktosa (gula dari tumbuhan) juga dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui ginjal. Gula tebu mengandung glukosa dan fruktosa dengan perbandingan sama. Gula jagung sebagian besar juga terdiri atas fruktosa. Dahulu, terutama di negara maju, gula jagung dikira rendah kalorinya, sehingga dianggap dapat menjaga kelangsingan tubuh. Sekarang terbukti, fruktosa tak hanya menghambat pengeluaran asam urat, tapi juga penyebab obesitas, resistensi insulin, dan penyebab penyakit jantung koroner.

Oksalat adalah sampah berikutnya, hasil metabolisme makanan yang 40 – 50% di antaranya berasal dari kacang dan cokelat. Meskipun kadar oksalat dalam darah sangat tinggi, kemampuan tubuh membuang oksalat melalui ginjal (urine) sangat terbatas. Jadi, jika kita banyak makan kacang atau cokelat, sampah oksalat tidak dapat dibuang semuanya, sehingga sisanya menumpuk dan menjadi kristal kalsium oksalat.

Selain kacang dan cokelat, asam urat juga dapat memicu terjadinya kristal kalsium oksalat. Kristal-kristal itu bisa mengendap di tulang, tulang rawan, pembuluh darah, jaringan sendi-sendi, dan ginjal. Kehadiran kristal kalsium oksalat di tempat-tempat itu bakal menimbulkan rasa pegal, ngilu, dan nyeri, sama seperti dampak yang ditimbulkan asam urat.

Keberadaan kristal asam urat dan oksalat dalam cairan sendi dapat dibedakan dengan kristalografi. Sedangkan batu ginjal asam urat hanya dapat terjadi kalau ada faktor keturunan. Namun, 20% penderita batu ginjal kalsium oksalat ditemukan mempunyai kadar asam urat yang tinggi dalam urinenya.

Begitulah, kolaborasi gula, kacang, dan cokelat memang cukup sempurna untuk membuat tubuh kita menderita sakit sendi, jantung, ginjal, dan batu ginjal. Makin banyak dimakan, makin banyak pula sampah yang ditinggalkan oleh gula, kacang, dan cokelat. Lama-kelamaan sampah itu akan menumpuk.

Di sisi lain, seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan dan kemampuan membuang sampah ikut merosot, terutama karena menurunnya kinerja jantung, hati, dan ginjal. Makanya, mulai sekarang niatkan untuk “tetap sehat”, bukannya “lebih sehat”, apalagi jika caranya dengan mengonsumsi macam-macam makanan secara berlebihan. *

comments powered by Disqus