Ngomong soal kemerdekaan, Indonesia udah merdeka sejak 66 tahun yang lalu, dari semenjak aku lahir, sampai sekarang, pastinya aku merasakan setiap perubahan yang ada. Apakah itu lebih baik, atau juga lebih buruk ? masing masing punya interpretasi sendiri mengenai apa yang dikatakan baik atau buruk. Okelah, aku mau adil, dengan memilih ngga men judge Indonesia itu baik, atau buruk!
Mengklaim sesuatu itu baik atau buruk itu cukup berat (cuz both are very strong words), apalagi kalo jatuh kedalam diskusi, akan panjang, karena masing masing memiliki perspektif tersendiri. Maka dari itu aku mending menggelar semua uneg uneg yang ada disini dan biarkan yang baca menilai, apakah Indonesia sekarang lebih baik ? atau lebih buruk ?
Beberapa hal yang menarik untuk dibahas mengenai Indonesia adalah:
KORUPSI
Kata temenku, korupsi di Indonesia itu Never Ending, kurasa aku harus setuju dengan ungkapanya, mengapa demikian ? apakah itu karena sistem pemerintahan kita yang belum sempurna ? atau karena Pribadi kita yang sudah bobrok ? ada hal yang menjanggal, gimana kalau semua orang berdemokrasi untuk berkorupsi ? lalu apa yang akan terjadi ? jadi bagiku, mau ganti presiden kaya apa juga, pastinya korupsi akan terus berjalan dan tidak akan pernah hilang. Perpindahan kepemimpinan hanya mencerminkan korupsi yang berpindah tangan. Korupsinya tetep ada, tapi berganti orang.
Korupsi jaman sekarang juga hebat, kalo dulu yang korupsi orang atas, sekarang yang korupsi orang menengah ke bawah. Apakah ini artinya prestasi korupsi kita meningkat ? atau menurun ? meskipun kita tahu, sepanjang 10 tahun ini banyak para koruptor yang di jebloskan ke penjara (dalam waktu yang singkat dan tidak jera), jadi bagaimana indikator korupsi yang sehat itu ? apakah seperti saat ini ? atau seperti dulu ?
Bukanya pesimistic terhadap pemimpin pemimpin kita yang telah mencoba membrantas korupsi, masalahnya hanya segelintir orang yang mau jujur, dibandingkan dengan yang ga mau jujur, dan kalo semua suara (DPR) bulat untuk ga mau jujur ya percuma ajah. Ini sudah di cerminkan di film film kok, orang yang baik pasti sedikit, sedangkan yang jahat lebih banyak. Kalau di film orang yang baiknya mampu membrantas yang jahat semoga saja begitu realitas nya.
Korupsi mungkin lama-lama menjadi wacana biasa, dimana departemen agama ternyata badan yang paling korup dan bobrok ? Karyawan departemen pajak yang korup dan menunjukan terang terangan sikapnya kalau hukum di Indonesia itu “bisa dibeli” sampai Politisi partai pun berani diduga terlibat korupsi ? sepertinya lama lama kita akan melihat itu sebagai sebuah kewajaran, dan hanya bisa gemes atas ketidak becusan ornamen-ornamen pemerintah.
Kalo zaman dulu, ya ada juga korupsinya, ntah kalo di itung gedean mana korupsi jaman dulu dengan jaman sekarang. Optimisme soal korupsi menjadi mengkhawatirkan ketika muncul pertanyaan di benak mampukah kita membrantas korupsi ? sekarang sudah 12 tahun kita berjalan dalam era reformasi, level yang melakukan korupsi pun semakin gila gilaan itu sudah sampai ke level yang terendah, kalau dalam 23 tahun lagi masih begini-begini saja bolehkah kita bisa menyimpulkan kalau reformasi tidak lebih baik untuk kita ?
Keadaan Indonesia yang hilang
Jujur aku sangat merindukan situasi Indonesia di zaman dulu, lebih simple sepertinya, aku merindukan acara tv lomba klompecapir, bisa tau keadaan desa, dan nilai sosial masyarakat, ketimbang sinetron yang menggambarkan orang orang kaya dan percintaan yang ga jelas. Merindukan acara dunia dalam berita dalam rangka menambah pengetahuan luar dan dalam negri, yang sekarang di isi oleh acara acara Gossip. Merindukan acara Pendidikan Indonesia mengenai Kimia, Fisika, Matematika dan Bahasa Inggris. Merindukan hafal dengan sistim kabinet dan mentri mentrinya. Merindukan acara TV quiz soal adu kepintaran pengetahuan umum, seperti QUIZ LIFEBUOY dan juga TAK TIK BOOM, yang sekarang digantikan dengan kuiz kuiz yang ga jelas dan yang lebih penting lagi, aku kehilangan momen dimana seseorang itu interest membicarakan soal perkembangan negara lain, teknologi, sosial dan budaya. Saat ini mereka lebih tertarik membicarakan soal kehidupan orang lain (baca:selebritis).
Aku juga ingat, ketika kita itu kita takut dan sangat hormat dengan pemimpin kita, mengikuti semua instruksinya. Saat ini semua momen itu seakan akan hilang, saat ini orang bebas dan berani terhadap pemimpinya. Malah terkesan pemimpin itu hanya sekedar boneka, apakah kita negara boneka yang di perbonekai oleh partai dan bagian dari organisasi ? Seolah olah kita benar benar menjadi negara yang benar benar MERDEKA, sampai sampai rasa hormat terhadap orang yang menang pemilu, orang yang dipilih menjadi pemimpin, masih dilihat dengan bengis bahkan ada yang berani menantang.
Oh ya, sekarang aku tidak pernah melihat acara SEA games ? PON ? di televisi, sepertinya berhilangan, apakah acara tersebut sudah tidak bermutu lagi ? Siapa atlit atlit handal kita yang kita hafal ? selain Ade Ray, Pebulu tangkis dan pesepak bola. Adakah kita tahu siapa yang jago main volley di Indonesia, apa klubnya ? tahukah kita siapa jago pengangkat besi wanita ? yang jago main sepak takraw ? Perenang (coba kalo ga jadi selebriti) ? apakah kita punya team futsal/atlitnya ? Â liputan acara hari pramuka ? sepertinya dulu meriah sekali hari pramuka itu. Oh iya, apakah masih ada acara Mimbar agama ?
Kalau dulu apapun yang kita bangun pasti jadi, at least kita bisa melihat dan merasakan dampak dan perubahaanya dari tahun ke tahun. Dulu  Indonesia selalu punya master plan, ada yang namanya REPELITA, sampai pembangunan jangka panjang 25 tahun. Kalo sekarang apakah masih berjalan ? atau mungkin saja aku tidak tahu ?
Sistem pemerintahan ?
Ntah kenapa, di dalam benak ingin rasanya punya pemimpin yang tidak bergantung dengan organisasi / perusahaan / orang lain. Membuat dia lebih independen, berani mengambil keputusan, berani bilang tidak. Apakah pemimpin semacam itu akan dipilih dalam sistem pemerintahan demokrasi ? apakah ada orang yang mau menjadikan orang tersebut pemimpin dalam dunia politik ? Bagaimana jika dalam demokrasi suara terbanyak secara eksplisit menyetujui korupsi atau menyutujui untuk melakukan hal yang tidak benar atau merugikan raykat ? atau mempersulit pemberantasan korupsi ? Mampukah kita untuk mengatakan tidak ? Ingin rasanya memiliki pemimpin yang memiliki rasa “memiliki” Indonesia, bukan hanya sekedar menjalankan kewajiban sebagai pemimpin saja. Karena efeknya pasti beda.
Apakah demokrasi merupakan sistem pemerintahan terbaik untuk kita (saat ini) ? sementara kita di zaman dahulu berada dalam demokrasi yang semu. Apakah kita sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan sendiri menuju yang lebih baik dengan sistem demokrasi ? Apakah demokrasi mampu membawa keteraturan ? bukan kesemrawutan.
Hal ini menjadi tercermin dari bagaimana lemahnya kita mengelola sumber daya penting, seperti Listrik, Telekomunikasi, Transportasi, bahkan Air sekalipun. Aku ingat ketika aku di Malaysia, selama 4 tahun aku di Malaysia, 2 jalan TOL utama yang berada di dekat rumahku sudah gratis, awalnya harus bayar 50 sen. Dan kalau aku lihat di Indonesia, sepertinya rakyat harus membayar jalan tol itu sampai akhir hayatnya, hanya 1 jalan tol yang menjadi gratis yang aku lihat sepanjang pandangan mata yaitu jalan tol yang dari puncak mau ke Bandung melewati jembatan. Lantas apakah ini salah satu efek buruk demokrasi ? Semua orang berkoar koar menjanjikan fasilitas, menjanjikan perubahan, sementara ketika terpilih menjadi pemimpin, mentri, departemen, semua menjadi diam dan menikmati fasilitas ?
Aku ingat waktu di Inggris dulu, ketika masyarakatnya murah sekali untuk tersenyum. Ramah, dan santun, padahal kebanyakan dari mereka atheis ? Meminta maaf ketika bersinggungan agak keras, berkata “permisi” dengan baik sambil menepuk dengan senyum yang hangat. Bahkan sampai melambaikan tangan ketika kita menyebrang jalan, mengangguk dan memberi jalan, bahkan hingga membiarkan aku melewati zebra cross walaupun lampu merah sudah hijau. Aku merasa bukankah Indonesia seperti ini ?
Semakin!
Yang jelas, ungkapan dari aku kuliah, sampai sekarang, aku bisa bilang Indonesia semakin! semakin semrawut maksudnya hehehe, Ibukota makin padat, jalan semakin macet, kota semakin panas, aku tidak pernah lagi melihat program transmigrasi, bahkan beritanya pun aku belum pernah liat, apakah ada ? kalau ada ya baguslah, alhamdulilah, kalo ngga ada ya wajar lah, karna rakyat bisa bilang NO! jadi pemerintah ngga bisa buat apa apa ? di daerah daerah, pertumbuhan nya tetep saja gitu-gitu aja (lambat), walaupun daerah kaya sekalipun, otonomi daerah tetep ngga selalu menjamin pertumbuhan penduduk dan kota yang cepat berkembang.
Rakyat bisa ngamuk dan melawan pemerintah saat mereka harus di gusur karena menempati lahan milik pemerintah, menandakan rakyat juga semakin berani!
Kata temanku yang tinggal di bali, kampungnya sekarang menjadi living hell karena semakin semrawutnya keadaan daerah tersebut, dimana masyarakat sudah kurang saling menghormati lagi, apa apa duit, kurang tenggang rasa, dan lebih individualis.
Negatif
Ini adalah hal yang aku takutkan, dimana media-media kita (tv khususnya) banyak mempublikasi hal-hal negatif, hal-hal yang bersifat mengkritisi, hingga ujung ujungnya bermuara ke urusan politik. Apakah para media tersebut berfikir kalau kita akan belajar dari hal negatif tersebut ? ketimbang mencontoh hal yang negatif ? Banyak acara TV yang menunjukan kesadisan, memberitakan soal kekerasan, dengan alasan menunjukan contoh yang  jelek berharap masyarakat dapat belajar dari situ. Kalo menurut aku sih, manusia itu karakteristiknya lebih ke meniru ketimbang belajar, entahlah, misalnya meniru karakter harry potter, ketimbang mengambil makna dari cerita si Harry Potter.
Hal hal yang negatif ini tentu aja bisa menjadi pengendali animo masyarakat, semakin negatif, maka akan mendapat semakin banyak respons, meksipun sebenarnya faktanya belum tentu se negatif yang di ungkapkan media. Sebagai contoh film opera van java, ntah kenapa, aku heran kok orang tertawa yah, melihat aktornya kepalanya di toyor, di pukul dengan kayu boong boongan, ataupun juga di jorokin hingga terjatuh, semua pada ngakak. Aku sendiri bingung ngeliatnya, apakah ini lucu ? atau mungkin akunya terlalu terinfeksi dengan budaya luar sehingga melihat hal ini bukanlah sesuatu yang hebat ?
Atau juga latah, atau PBB, sewaktu aku SD dulu, ketika kita bermain bola, kalau misalnya dimana bola berada semua orang berada disitu, maka kami suka mengejek dengan PBB atau persatuan buru babi (bola dianggap babi), nah ini juga tercermin dimedia mana saja, ketika lagi rame membahas topik A, semua media penuh serempak membahas hal yang sama dari berbagai macam perspektif. Akhirnya informasi yang kita dapat sepanjang hari hanya berita A saja, tidak yang lain. Bahkan saking parahnya, itu diulang ulang terus sehari penuh. Anggaplah stasiun 1 jam 8 pagi, Stasiun tv 2 jam 9 pagi, Stasiun TV 3 jam 11 pagi dst…
Atau berita kemalangan, dimana reporternya hanya mementingkan momen drama nya;
Gimana perasaan bapak setelah anaknya meninggal ? apa kesan kesan bapak selama anak bapak sebelum meninggal ?
-Drama-
Konsumerist!
Kita negara miskin ? ah kurasa tidak, karena hanya di Indonesia saja mungkin orang yang punya handphone sampai 4 nomer. Kalo di ikat ke sabuk mungkin hampir bisa disamakan dengan gadget yang dimiliki Batman. Ini menunjukan negara kita memiliki masyarakat yang berdaya beli tinggi, dari hal seperti ini kita dapat melihat anak SD di Indonesia sudah bisa mengoperasikan blackberry, update status facebook, dan twitter, ini adalah hal yang hebat dan positif namun juga memiliki dampak yang negatif jika tidak di perhatikan dengan serius (apakah kita memperhatikan dengan serius ?)
Sisi lain dari konsumerist ini tercermin dari kebiasaan kita yang “mengimpor”, ada pabrik gula, ditutup, malah impor gula, impor garam, impor cabe, impor bawang, apakah kita negara yang konsumerist ? Aku merindukan kemampuan mentri pertanian zaman dahulu, dan pemimpin kita yang mau down to earth dan memprioritaskan pertanian peternakan dan hasil bumi. Thailand adalah contoh negara yang cukup berhasil di bidang pertanian, sampai-sampai Malaysia masih mengimpor beras dari Thailand.
Kenapa pertanian? yah simple saja, karena kita memiliki tanah yang SUPER LUAS dan itu SUBUR! Kurasa petani sekarang matian matian berjuang dalam bercocok tanam, atau malah harga panenan nya jatuh drastis karna kalah saing dengan produk impor yang lebih gede, yang lebih bagus. Dinegara yang besar, subur dan ini beras bisa mahal, cabe bisa mahal, pertanian memang memberikan sisi ironi tersendiri. Ingat ketika harga cabai melunjak naik hingga 100rb, apakah ada yang berani mengatakan tidak ?
Dimata Luar Negri ?
Apa arti Indonesia di mata luar negeri sekarang ? well mungkin, apakah nama Indonesia itu sudah hilang dari pandangan mereka ? dimana sekarang peradaban bangsa kita yang ramah, sopan, memiliki multi kultur yang baik, multi religi, multi ras dan tetap santun mungkin saat ini hanya menjadi sebuah wacana dongeng mengenai apa itu Indonesia. Kalau dulu orang ngamen kalo ngga dikasih tetep senyum, dan pamit. Kalo sekarang bahkan ada yang ngamuk, dan melempar uang recehnya ke muka kita kalau terlalu sedikit.
Indonesia memangnya selalu mengejutkan dunia luar, mengejutkan Jerman dengan pelajar Indonesia yang jago bernyanyi disana, megenjutkan dunia dengan fisikawan mudanya, mengejutkan dunia dengan juara olimpiade matematikanya, mengejutkan dunia dengan juara catur dunia, mengejutkan dunia dengan hackernya dan kejutan kejutan lainya, sayangnya mereka tidak terpublikasi, tidak dijadikan contoh, tidak di idolakan, hingga akhirnya mereka hilang begitu saja di telan waktu di negara kita sendiri. Sementara nama kita harum di luar sana, namun kita sendiri mungkin mengetahuinya terlambat, setelah ia berlalu begitu lama.
Aku rindu, dimana Indonesia menjadi negara yang paling disegani di seluruh ASIA Tenggara, apalagi ASEAN. Rindu dimana pasukan Kopassus menjadi pasukan elit yang di pandang oleh mata dunia. Rindu ketika menyebut Indonesia, aku tidak perlu menjelaskan lebih banyak tentang negara eksotis yang aku miliki itu. Rindu dengan teknologi canggih yang kita miliki, roket buatan sendiri, memiliki pilot-pilot yang canggih. Dan yang paling utama aku rindu melihat orang yang ketika disapa mengangguk dengan sopan dan menyambut dengan senyum hangat yang ramah.
Akhir kata
Wuah ternyata cukup panjang, mohon maaf kalo ada yang salah dan tidak berkenan, bukan bermaksud mau menjudge ini hanyalah sekelumit uneg-uneg pandangan Indonesia di tahun 2011 dimata seorang nerd seperti aku yang masih kurang mengerti. Semoga kita terus diberikan semangat untuk memperbaiki bangsa ini menjadi lebih baik, semoga kita terus berpegang teguh dengan norma dan Ideologi Bangsa, Nusantara, membawa identitas mengenai siapa kita, apa yang mampu kita perbuat. Dirgahayu Indonesiaku, terus maju.
Jadi, bagaimana Indonesia saat ini menurut kalian ?