Sari buah merah (Phaleria papuana/Red Froot Oil) asal Papua memberi harapan besar bagi pengidap HIV/AIDS. Sejumlah penderita HIV/AIDS yang sudah mengonsumsi sari buah itu merasakan kondisi kesehatan mengalami perubahan yang signifikan.
Dosen Universitas Cendrawasih Papua I Made Budi mengatakan hal itu kepada Media usai diwawancarai Metro TV, kemarin. ”Agustina, 22, seorang pengidap HIV/AIDS, berat badannya semula 27 kg, setelah mengonsumsi buah merah, naik menjadi 42 kg,” jelasMade. Menurut Made, penelitian terhadap sari buah merah atau disebut kuansu oleh masyarakat setempat menjadi obat HIV/AIDS tidak disengaja. Awalnya dia menyaksikan buah merah yang beratnya 15 kg dan panjangnya mencapai 1 m itu diambil masyarakat Wamena sebagai bahan makanan.
Saat dosen Universitas Cendrawasih mengamati secara seksama ternyata masyarakat sekitar jarang yang terkena penyakit kanker, jantung, dan hipertensi. ”Saat itu saya menduga bahwa jarangnya penyakit yang diderita masyarakat Wamena berhubungan dengan buah tersebut.”
Made masih belum tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Namun pada 1982, ia melanjutkan pendidikan S-2 di bidang Gizi Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Saat itu dia meneliti kandungan alamiah dari buah merah.
Kembali ke Wamena, Made melanjutkan penelitiannya
Setelah tahu kandungan buah merah mengandung banyak antioksidan, betakarotin, Omega 3 dan 9, serta banyak zat lain yang bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh, dia mulai melakukan percobaan pada unggas.
Menurut Made, sebanyak 30 ekor unggas yang diberikan kapsul sari buah merah ternyata tidak terkena virus. Padahal, saat itu sedang musim virus yang menyerang unggas.
Dari hasil uji coba terhadap unggas tersebut, Made pun memberi sari buah itu kepada penderita asam urat, kolesterol tinggi, dan kanker. ”Beberapa tetangga saya yang kena kanker saya beri sari buah merah. Perkembangannya sangat bagus,” katanya.
Made terus mengembangkan penelitian dengan melakukan studi kepustakaan bahwa di Amerika, beta karotin digunakan untuk pengobatan kanker paru-paru. Beta karotin sendiri banyak terdapat pada sari buah merah. Bahkan total beta karotin pada buah merah mencapai 12.000 ppm. ”Dari situlah saya menyimpulkan buah merah memang bagus digunakan untuk makanan dan sekaligus kesehatan,” jelasnya.
Enam bulan lalu, lembaga nonpemerintah Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YKPM) Papua mendampingi seorang pengidap HIV/AIDS, yaitu Agustina kepada Made. Agustina pun diberi sari buah merah yang telah diracik khusus. Ternyata setelah mengonsumsi selama dua bulan, kondisi kesehatannya membaik.